ASKEP WAHAM
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Kesehatan
jiwa merupakan suatu keadaan yang memungkinkan untuk terjadinya perkembangan
fisik, intelektual, dan emosional individu secara potimal, sejauh perkembangan
tersebut sesuai dengan perkembangan optimal individu-individu lain.
Sementara
itu, gangguan jiwa adalah suatu keadaan dengan adanya gejala klinis yang
bermakna, berupa sindrom pola perilaku dan pola psikologik, yang berkaitan
dengan adanya distress (tidak nyaman, tidak tentram, rasa nyeri), distabilitas
(tidak mampu mengerjakan pekerjaan sehari-hari), atau meningkatkan resiko
kematian, kesakitan, dan distabilitas.
Gangguan
jiwa terdiri dari beberapa macam termasuk diantaranya adalah waham atau delusi.
Waham atau delusi adalah keyakinan tentang suatu pikiran yang
kokoh, kuat, tidak sesuai dengan kenyataan, tidak cocok dengan intelegensia dan
latar belakang budaya, selalu dikemukakan berulang-ulang dan berlebihan biarpun
telah dibuktikan kemustahilannya atau kesalahannya atau tidak benar secara
umum.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan delusi/waham?
2. Apa
saja jenis-jenis waham?
3. Bagaimana
terjadinya waham?
4. Bagaimanakah
ASKEP pada pasien dengan waham/delusi?
1.3 Tujuan
Dengan makalah
ini, diharapkan mampu untuk:
1. Mengetahui
pengertian dari delusi/waham
2. Mengetahui
jenis-jenis waham
3. Mengetahui
proses terjadinya waham
4. Mengetahui
askep pada pasien dengan waham/delusi
BAB II
ASKEP WAHAM
A. Konsep Dasar Waham
1. Pengertian
Waham adalah
keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan yang tetap dipertahankan dan
tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal
dari pemikiran klien yang sudah kehilangan kontrol
Waham
adalah suatu keyakinan kokoh yang salah dan tidak sesuai dengan fakta dan
keyakinan tersebut mungkin aneh (misal mata saya adalah komputer yang dapat
mengontrol dunia )atau bisa pula tidak aneh hanya sangat tidak mungkin (misal
FBI mengikuti saya) dan
tetap dipertahankan bukti-bukti yang jelas untuk mengoreksinya .Waham sering
ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering
ditemukan pada skizophrenia.Semakin akut psikosis semakin sering ditemui waham
disorganisasi dan waham tidak sistematis .
Waham (dellusi)
adalah keyakinan individu yang tidak dapat divalidasi atau dibuktikan dengan
realitas. Haber
(1982) keyakinan individu tersebut tidak sesuai dengan tingkat intelektual dan
latar belakang budayanya. Rawlin
(1993) dan
tidak dapat digoyahkan atau diubah dengan alasan yang logis (Cook and Fontain 1987)serta keyakinan
tersebut diucapkan berulang -ulang.
2. Jenis-Jenis
Waham
Jenis-jenis waham antara lain,
a. Waham Kebesaran
Penderita merasa dirinya orang besar, berpangkat
tinggi, orang yang pandai sekali, orang kaya.
b. Waham Berdosa
Timbul perasaan bersalah yang luar biasa dan
merasakan suatu dosa yang besar. Penderita percaya sudah selayaknya ia di hukum
berat.
c. Waham Dikejar
Individu merasa dirinya senantiasa di kejar-kejar
oleh orang lain atau kelompok orang yang bermaksud berbuat jahat padanya.
d. Waham Curiga
Individu merasa selalu disindir oleh orang-orang
sekitarnya. Individu curiga terhadap sekitarnya. Biasanya individu yang
mempunyai waham ini mencari-cari hubungan antara dirinya dengan orang lain di
sekitarnya, yang bermaksud menyindirnya atau menuduh hal-hal yang tidak senonoh
terhadap dirinya. Dalam bentuk yang lebih ringan, kita kenal “Ideas of
reference” yaitu ide atau perasaan bahwa peristiwa tertentu dan
perbuatan-perbuatan tertentu dari orang lain (senyuman, gerak-gerik tangan,
nyanyian dan sebagainya) mempunyai hubungan dengan dirinya.
e. Waham Cemburu
Selalu cemburu pada orang lain.
f. Waham Somatik atau Hipokondria
Keyakinan tentang berbagai penyakit yang berada
dalam tubuhnya seperti ususnya yang membusuk, otak yang mencair.
g. Waham Keagamaan
Waham yang keyakinan dan pembicaraan selalu tentang
agama.
h. Waham Nihilistik
Keyakinan bahwa dunia ini sudah hancur atau dirinya
sendiri sudah meninggal.
i. Waham Pengaruh
Yaitu pikiran, emosi dan perbuatannya diawasi atau
dipengaruhi oleh orang lain atau kekuatan.
3. Proses terjadinya waham (delusi)
Faktor yang
mempengaruhi terjadinya waham adalah :
1. Gagal
melalui tahapan perkembangan dengan sehat
2. Disingkirkan
oleh orang lain dan merasa kesepian
3. Hubungan
yang tidak harmonis dengan orang lain
4. Perpisahan
dengan orang yang dicintainya
5. Kegagalan
yang sering dialami
6. Keturunan,
paling sering pada kembar satu telur
7. Sering menggunakan
penyelesaian masalah yang tidak sehat, misalnya menyalahkan
orang lain
Waham adalah anggapan tentang orang yang hypersensitif,
dan mekanisme ego spesifik, reaksi formasi dan penyangkalan. Klien dengan waham
menggunakan mekanisme pertahanan reaksi formasi, penyangkalan dan proyeksi.
Pada reaksi formasi, digunakan sebagai pertahanan melawan agresi, kebutuhan,
ketergantungan dan perasaan cinta. Kebutuhan akan ketergantungan ditransformasikan
mejadi kemandirian yang kokoh.
Penyangkalan, digunakan untuk menghindari kesadaran akan
kenyataan yang menyakitkan. Proyeksi digunakan untuk melindungi diri dari
mengenal impuls yang tidak dapat di terima dari dirinya sendiri. Hypersensitifitas
dan perasaan inferioritas telah dihipotesiskan telah menyebabkan reaksi formasi
dan proyeksi waham dan suporioritas.
Waham juga dapat muncul dari hasil pengembangan pikiran
rahasia yang menggunakan fantasi sebagai cara untuk meningkatkan harga diri
mereka yang terluka. (kalpan dan Sadock 1997)
2.4 Klasifikasi
Waham
1. Waham
Agama yaitu keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan.
2. Waham
Kebesaran yaitu keyakinan klien yang berlebihan tentang kebesaran dirinya atau
kekuasaan.
3. Waham
Somatik yaitu klien yakin bahwa bagian tubuhnya tergannggu, terserang penyakit
atau didalam tubuhnya terdapat binatang.
4. Waham
Curiga yitu klien yakin bahwa ada orang atau kelompok orang yang sedang
mengancam dirinya.
5. Waham
Nihilistik yaitu klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada lagi di dunia atau
sudah meninggal dunia.
6. Waham
Sisip pikir yaitu klien yakin bahwa ada pikiran orang lain yang
disisipkan./dimasukan kedalam pikiranya.
7. Waham
Siar pikir yaitu klien yakin bahwa orang lain megetahui isi pikiranya, padahal
dia tidak pernah menyatakan pikiranya kepada orang tersebut.
8. Waham
Kontrol pikir yaitu klien yakin bahwa pikiranya dikontrol oleh kekuatan dari
luar.
2.5
Tanda-tanda dan Gejala
1. Kognitif
:
a.
Tidak mampu membedakan
nyata dengan tidak nyata
b. Individu
sangat percaya pada keyakinannya
c. Sulit
berfikir realita
d. Tidak
mampu mengambil keputusan
2. Afektif
a. Situasi
tidak sesuai dengan kenyataan
b. Afek
tumpul
3. Prilaku
dan Hubungan Sosial
a. Hipersensitif
b. Hubungan
interpersonal dengan orang lain dangkal
c. Depresi
d. Ragu-ragu
e. Mengancam
secara verbal
f. Aktifitas
tidak tepat
g. Streotif
h. Impulsive
i.
Curiga
4. Fisik
a. Higiene
kurang
b. Muka
pucat
c. Sering
menguap
d. BB
menurun
6. Peran Serta Keluarga
Asuhan
yang dapat dilakukan keluarga terhadap klien dengan waham :
1. Bina
hubungan salng percaya keluarga dengan klien
Ø Sikap
keluarga yang bersahabat, penuh perhatian, hangat dan lembut
Ø Berikan
penghargaan terhadap perilaku positif yang dimiliki/dilakukan
Ø Berikan
umpan balik yang tidak menghakimi dan tidak menyalahkan
2. Kontak
sering tapi singkat
3. Tingkatkan hubungan klien dengan lingkungan
sosial secara bertahap, seperti membicarakan masalah-masalah yang berkaitan
dengan diri klien, orang lain dan lingkungan
4. Bimbing klien untuk melakukan kegiatan sesuai
dengan kemampuan dan kinginanya, ajak klien untuk melakukan kegiatan
sehari-hari dirumah seperti : menyapu, mengepel dan membersihkan tempat tidur.
5. Hindarkan
berdebat tentang waham
6. Jika ketakutan katakan “ Anda aman disini, saya
akan bantu anda mempelajari sesuatu yang membuat anda takut “.
7. Berikan
obat sesuai dengan peratuaran
8. Jangan
lupa kontrol.
B. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Waham (Delusi)
1.
Pengkajian
Menurut
tim Depkes RI (1994), pengkajian adalah langkah awal dan dasar proses
keperawatan secara menyeluruh. Pada tahap ini pasien yang dibutuhkan
dikumpulkan untuk menentukan masalah keperawatan.
Patricia
A Potter et al (1993) dalam bukunya menyebutkan bahwa pengkajian terdiri dari 3
kegiatan yaitu: pengumpulan data, pengelompokan data atau analisa data dan
perumusan diagnosa keperawatan. Data dapat dikumpulkan dari berbagai sumber
data yaitu sumber data primer (klien) dan sumber data sekunder seperti
keluarga, teman terdekat klien, tim kesehatan, catatan dalam berkas dokumen
medis klien dan hasil pemeriksaan. Untuk mengumpulkan data dilakukan dengan
berbagai cara, yaitu: dengan observasi, wawancara dan pemeriksaan fisik.
Beberapa
faktor yang perlu dikaji:
a. Faktor
predisposisi
- Genetik :
diturunkan
- Neurobiologis : adanya gangguan pada konteks pre frontal dan
konteks limbik
- Neurotransmiter : abnormalitas pada dopamin
,serotonin ,dan glutamat.
- Virus : paparan virus influinsa pada
trimester III
- Psikologi : ibu pencemas ,terlalu melindungi
,ayah tidak peduli.
b. Faktor presipitasi
-
Proses pengolahan informasi yang berlebihan
-
Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal
-
Adanya gejala pemicu
Setiap
melakukan pengkajian, tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat. Isi
pengkajiannya meliputi:
a.
Identifikasi klien
1) Perawat
yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang: Nama
klien, panggilan klien, Nama perawat, tujuan, waktu pertemuan, topik
pembicaraan.
b.
Keluhan utama / alasan masuk
Tanyakan
pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke Rumah
Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah dan perkembangan
yang dicapai.
c.
Riwayat Penyakit Sekarang
Tanyakan
pada klien / keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa pada masa
lalu, pernah melakukan, mengalami, penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari
lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.
Dapat
dilakukan pengkajian pada keluarga faktor yang mungkin mengakibatkan terjadinya
gangguan:
1) Psikologis
Keluarga,
pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon psikologis dari klien.
2) Biologis
Gangguan
perkembangan dan fungsi otak atau SSP, pertumbuhan dan perkembangan individu
pada prenatal, neonatus dan anak-anak.
3) Sosial
Budaya
Seperti
kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan), kehidupan
yang terisolasi serta stress yang menumpuk.
d.
Aspek fisik / biologis
Mengukur
dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu, pernafasan. Ukur tinggi
badan dan berat badan, kalau perlu kaji fungsi organ kalau ada keluhan.
e.
Aspek psikososial
1) Membuat
genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang dapat menggambarkan
hubungan klien dan keluarga, masalah yang terkait dengan komunikasi,
pengambilan keputusan dan pola asuh.
2) Konsep
diri
a) Citra
tubuh: mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian yang disukai dan tidak
disukai.
b) Identitas
diri: status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan klien terhadap status
dan posisinya dan kepuasan klien sebagai laki-laki / perempuan.
c) Peran:
tugas yang diemban dalam keluarga / kelompok dan masyarakat dan kemampuan klien
dalam melaksanakan tugas tersebut.
d) Ideal
diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas, lingkungan dan
penyakitnya.
e) Harga
diri: hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan penghargaan orang lain
terhadap dirinya, biasanya terjadi pengungkapan kekecewaan terhadap dirinya
sebagai wujud harga diri rendah.
3) Hubungan
sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok yang diikuti
dalam masyarakat.
4) Spiritual,
mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.
f.
Status mental
Nilai
penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik
klien, alam perasaan klien (sedih, takut, khawatir), afek klien, interaksi
selama wawancara, persepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran,
memori, tingkat konsentasi dan berhitung, kemampuan penilaian dan daya tilik
diri.
g.
Kebutuhan persiapan pulang
1) Kemampuan
makan klien, klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan.
2) Klien
mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta membersihkan dan
merapikan pakaian.
3) Mandi
klien dengan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh klien.
4) Istirahat
dan tidur klien, aktivitas di dalam dan di luar rumah.
5) Pantau
penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah minum obat.
h.
Masalah psikososial dan lingkungan
Dari
data keluarga atau klien mengenai masalah yang dimiliki klien.
i.
Pengetahuan
Data
didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap bagian yang dimiliki
klien disimpulkan dalam masalah.
j.
Aspek medik
Terapi
yang diterima oleh klien: ECT, terapi antara lain seperti terapi psikomotor,
terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi okupasi, terapi
lingkungan. Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi dan perkembangan klien
supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara wajar dalam kehidupan
bermasyarakat.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa
keperawatan adalah penilaian atau kesimpulan yang diambil dari pengkajian
(Gabie, dikutip oleh Carpernito, 1983).
Diagnosa
keperawatan adalah masalah kesehatan aktual atau potensial dan berdasarkan
pendidikan dan pengalamannya perawat mampu mengatasinya (Gordon dikutip oleh
Carpernito, 1983).
Masalah
keperawatan yang sering muncul yang dapat disimpulkan dari hasil pengkajian
adalah:
- Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan waham.
- Perubahan proses pikir : waham berhubungan dengan harga diri rendah.
3.Intervensi
Keperawatan
1. Diagnosa
1: Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berubungan dengan waham.
Tujuan
umum :
* Klien tidak menciderai diri, orang lain,
dan lingkungan.
Tujuan
khusus :
- Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
Rasional
: Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan
interaksinya.
Tindakan
:
· Bina
hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan tujuan
interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (topik,
waktu, tempat).
· Jangan
membantah dan mendukung waham klien : katakan perawat menerima keyakinan klien
"saya menerima keyakinan anda" disertai ekspresi menerima, katakan
perawat tidak mendukung disertai ekspresi ragu dan empati, tidak membicarakan
isi waham klien.
· Yakinkan
klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi : katakan perawat akan menemani
klien dan klien berada di tempat yang aman, gunakan keterbukaan dan kejujuran
jangan tinggalkan klien sendirian.
· Observasi
apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan perawatan diri.
- Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki.
Rasional
: Dengan mengetahui kemampuan yang dimiliki klien, maka akan memudahkan perawat
untuk mengarahkan kegiatan yang bermanfaat bagi klien dari pada hanya
memikirkannya.
Tindakan
:
·
Beri pujian pada
penampilan dan kemampuan klien yang realistis.
·
Diskusikan bersama
klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat ini yang realistis.
·
Tanyakan apa yang biasa
dilakukan kemudian anjurkan untuk melakukannya saat ini (kaitkan dengan
aktivitas sehari hari dan perawatan diri).
·
Jika klien selalu
bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan waham tidak ada.
Perlihatkan kepada klien bahwa klien sangat penting.
- Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi.
Rasional
: Dengan mengetahui kebutuhan klien yang belum terpenuhi perawat dapat
merencanakan untuk memenuhinya dan lebih memperhatikan kebutuhan klien tersebut
sehingga klien merasa nyaman dan aman.
Tindakan
:
·
Observasi kebutuhan
klien sehari-hari.
·
Diskusikan kebutuhan
klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah maupun di rumah sakit (rasa
sakit, cemas, marah).
·
Hubungkan kebutuhan yang
tidak terpenuhi dan timbulnya waham.
·
Tingkatkan aktivitas
yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan waktu dan tenaga (buat
jadwal jika mungkin).
·
Atur situasi agar klien
tidak mempunyai waktu untuk menggunakan wahamnya.
- Klien dapat berhubungan dengan realitas.
Rasional
: Menghadirkan realitas dapat membuka pikiran bahwa realita itu lebih benar
dari pada apa yang dipikirkan klien sehingga klien dapat menghilangkan waham
yang ada.
Tindakan
:
·
Berbicara dengan klien
dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat dan waktu).
·
Sertakan klien dalam
terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.
·
Berikan pujian pada
tiap kegiatan positif yang dilakukan klien.
- Klien dapat menggunakan obat dengan benar.
Rasional
: Penggunaan obat yang secara teratur dan benar akan mempengaruhi proses
penyembuhan dan memberikan efek dan efek samping obat.
Tindakan
:
·
Diskusikan dengan klien
tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek dan efek samping minum obat.
·
Bantu klien menggunakan
obat dengan prinsip 5 benar (nama pasien, obat, dosis, cara dan waktu).
·
Anjurkan klien
membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.
·
Beri reinforcement bila
klien minum obat yang benar.
- Klien dapat dukungan dari keluarga.
Rasional
: Dukungan dan perhatian keluarga dalam merawat klien akan mambentu proses
penyembuhan klien.
Tindakan:
·
Diskusikan dengan
keluarga melalui pertemuan keluarga tentang : gejala waham, cara merawat klien,
lingkungan keluarga dan follow up obat.
·
Beri reinforcement atas
keterlibatan keluarga
Ø Strategi Pelaksanaan untuk Pasien Waham
1. SP I Pasien
a. Membantu orientasi realita
b. Mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi
c. Melatih pasien memenuhi kebutuhannya
d. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
Contoh
komunikasi yang dapat di praktekkan pada pasien:
ORIENTASI:
“Assalamualaikum, perkenalkan nama saya Ani, saya perawat yang dinas pagi ini di ruang melati. Saya dinas dari pk 07-14.00 nanti, saya yang akan merawat abang hari ini. Nama abang siapa, senangnya dipanggil apa?”
“Bisa kita
berbincang-bincang tentang apa yang bang B rasakan sekarang?”
“Berapa lama
bang B mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?”
“Dimana
enaknya kita berbincang-bincang, bang?”
KERJA:
“Saya
mengerti bang B merasa bahwa bang B adalah seorang nabi, tapi sulit bagi saya
untuk mempercayainya karena setahu saya semua nabi sudah tidak adalagi, bisa
kita lanjutkan pembicaraan yang tadi terputus bang?”
“Tampaknya
bang B gelisah sekali, bisa abang ceritakan apa yang
bang B rasakan?”
bang B rasakan?”
“O... jadi
bang B merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak punya hak untuk
mengatur diri abang sendiri?”
“Siapa
menurut bang B yang sering mengatur-atur diri abang?”
“Jadi ibu
yang terlalu mengatur-ngatur ya bang, juga kakak dan adik abang yang lain?”
“Kalau abang
sendiri inginnya seperti apa?”
“O... bagus
abang sudah punya rencana dan jadual untuk diri sendiri”
“Coba kita
tuliskan rencana dan jadual tersebut bang”
“Wah..bagus
sekali, jadi setiap harinya abang ingin ada kegiatan diluar rumah karena bosan
kalau di rumah terus ya”
TERMINASI
“Bagaimana
perasaan B setelah berbincang-bincang dengan saya?”
”Apa saja
tadi yang telah kita bicarakan? Bagus”
“Bagaimana
kalau jadual ini abang coba lakukan, setuju bang?”
“Bagaimana
kalau saya datang kembali dua jam lagi?”
”Kita
bercakap-cakap tentang kemampuan yang pernah Abang miliki? Mau di mana kita
bercakap-cakap? Bagaimana kalau di sini lagi?”
Ø Strategi Pelaksanaan untuk Keluarga Pasien Waham
1. SP I Keluarga
a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam
merawat pasien
b. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala waham, dan jenis
waham yang dialami pasien beserta proses terjadinya.
c. Menjelaskan cara-cara merawat pasian waham.
Contoh
komunikasi yang dapat di terapkan pada keluarga klien
ORIENTASI
“Assalamualaikum pak, bu, perkenalkan nama saya Ani, saya perawat yang dinas di ruang melati ini. Saya yang merawat bang B selama ini. Nama bapak dan ibu siapa, senangnya dipanggil apa?”
“Assalamualaikum pak, bu, perkenalkan nama saya Ani, saya perawat yang dinas di ruang melati ini. Saya yang merawat bang B selama ini. Nama bapak dan ibu siapa, senangnya dipanggil apa?”
“Bagaimana
kalau sekarang kita membicarakan tentang masalah bang B dan cara merawat B di
rumah?”
“Dimana kita
mau berbicara? Bagaimana kalau di ruang wawancara?”
“Berapa lama
waktu bapak dan ibu? Bagaimana kalau 30 menit”
KERJA
“Pak, bu,
apa masalah yang Bpk/Ibu rasakan dalam merawat bang B? Apa yang sudah dilakukan
di rumah?Dalam menghadapi sikap anak ibu dan bapak yang selalu mengaku-ngaku
sebagai seorang nabi tetapi nyatanya bukan nabi merupakan salah satu gangguan
proses berpikir. Untuk itu akan saya jelaskan sikap dan cara menghadapinya.
Setiap kali anak bapak dan ibu berkata bahwa ia seorang nabi bapak/ ibu dengan
mengatakan pertama:
‘Bapak/Ibu
mengerti B merasa seorang nabi, tapi sulit bagi bapak/ibu untuk mempercayainya
karena setahu kami semua nabi sudah meninggal.”
“Kedua:
bapak dan ibu harus lebih sering memuji B jika ia melakukan hal-hal yang baik.”
“Ketiga:
hal-hal ini sebaiknya dilakukan oleh seluruh keluarga yang berinteraksi dengan
B”
“Bapak/Ibu
dapat bercakap-cakap dengan B tentang kebutuhan yang diinginkan B, misalnya:
“Bapak/Ibu percaya B punya kemampuan dan keinginan. Coba ceritakan kepada
bapak/ibu. B khan punya kemampuan ............ “ (kemampuan yang pernahdimiliki
oleh anak)
“Keempat:
Bagaimana kalau dicoba lagi sekarang?”(Jika anak mau mencoba berikan pujian)
“Pak, bu, B perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga
tenang”
“Obatnya ada
tiga macam, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar tenang, yang putih
ini namanya THP guanya supaya rileks, dan yang merah jambu ini namanya HLP
gunanya agar pikiran tenang semuanya ini harus diminum secara teratur 3 kali
sehari jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam, jangan dihentikan sebelum
berkonsultasi dengan dokter karena dapat menyebabkan B kambuh kembali”
(Libatkan keluarga saat memberikan penjelasan tentang obat kepada klien). Bang
B sudah mempunyai jadwal minum obat. Jika dia minta obat sesuai jamnya, segera
beri pujian.
TERMINASI
“Bagaimana
perasaan bapak dan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara merawat B di
rumah?”
“Setelah ini
coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah saya jelaskan tadi setiap kali
berkunjung ke rumah sakit.”
“Baiklah
bagaimana kalau dua hari lagi bapak dan ibu datang kembali kesini dan kita akan
mencoba melakukan langsung cara merawat B sesuai dengan pembicaraan kita tadi”
“Jam berapa
bapak dan ibu bisa kemari?”
“Baik saya
tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini ya pak, bu”
4. Evaluasi
1. Klien
percaya dengan perawat, terbuka untuk ekspresi waham
2. Klien
menyadari kaitan kebutuhan yg tdk terpenuhi dg keyakinannya (waham) saat ini
3. Klien
dapat melakukan upaya untuk mengontrol waham
4. Keluarga
mendukung dan bersikap terapeutik terhadap klien
5. Klien
menggunakan obat sesuai program
DAFTAR PUSTAKA
1. Stuart
GW, Sundeen, Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 thed.). St.Louis
Mosby Year Book, 1995
2. Keliat
Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
3. Keliat
Budi Ana, Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
4. Aziz
R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino Gonohutomo,
2003
5. Tim
Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP Bandung,
2000
Tidak ada komentar:
Posting Komentar