Kamis, 14 Juni 2012

ELEKTROKARDIOGRAFI


“ELEKTROKARDIOGRAFI”

A.      Anatomi dan Fisiologi Jantung
Jantung merupakan organ utama dalam sistem kardiovaskuler. Jantung dibentuk oleh organ-organ muscular, apex dan basis cordis, atrium kanan dan kiri serta ventrikel kanan dan kiri. Ukuran jantung kira-kira panjang 12 cm, lebar 8-9 cm seta tebal kira-kira 6 cm. Berat jantung sekitar 7-15 ons atau 200 sampai 425 gram dan sedikit lebih besar dari kepalan tangan. Setiap harinya jantung berdetak 100.000 kali dan dalam masa periode itu jantung memompa 2000 galon darah atau setara dengan 7.571 liter darah. Posisi jantung terletak diantara kedua paru dan berada ditengah - tengah dada, bertumpu pada diaphragma thoracis dan berada kira-kira 5 cm diatas processus xiphoideus. Pada tepi kanan cranial berada pada tepi cranialis pars cartilaginis costa III dextra, 1 cm dari tepi lateral sternum. Pada tepi kanan caudal berada pada tepi cranialis pars cartilaginis costa VI dextra, 1 cm dari tepi lateral sternum
Tepi kiri cranial jantung berada pada tepi caudal pars cartilaginis costa II sinistra di tepi lateral sternum, tepi kiri caudal berada pada ruang intercostalis 5, kira-kira 9 cm di kiri linea medioclavicularis.


jantung
 












Gambar 1: Letak anatomi jantung

Jantung memiliki 3 lapisan yaitu:
1.      Endokardium
Endokardium merupakan lapisan jantung yang terdapat di sebelah dalam sekali yang terdiri dari jaringan endotel atau selaput lendir yang melapisi permukaan rongga jantung.
2.      Miokardium
Merupakan lapisan inti dari jantung yang terdiri dari otot – otot jantung, otot jantung ini membentuk bundalan – bundalan otot yaitu:
a.    Bundalan otot atria, yang terdapat di bagian kiri/kanan dan basis kordis yang membentuk serambi atau aurikula kordis.
b.    Bundalan otot ventrikel, yang membentuk biling jantung, dimulai dari cincin atrioventrikuler sampai di apeks jantung.
c.    Bundalan otot atrioventrikuler merupakan dinding pemisah antara serambi dan bilik jantung.
3.      Epikardium
Lapisan jantung sebelah luar yang merupakan selaput pembungkus, terdiri dari dua lapisan parietal dan viseral yang bertemu di pangkal jantung membentuk kantung jantung. Dalam cavum pericardii berisi 50 cc cairan yang berfungsi sebagai pelumas agar tidak ada gesekan antara pericardium dan epicardium.
Ada 4 ruangan dalam jantung dimana dua dari ruang itu disebut atrium dan sisanya adalah ventrikel. Diantara atrium kanan dan ventrikel kanan ada katup yang memisahkan keduanya yaitu katup tricuspid, sedangkan pada atrium kiri dan ventrikel kiri juga mempunyai katup yang disebut dengan katup mitral. Kedua katup ini berfungsi sebagai pembatas yang dapat terbuka dan tertutup pada saat darah masuk dari atrium ke ventrikel.






jantung
 









Gambar 2: ruangan – ruangan Jantung
Fungsi utama jantung adalah memompa darh ke seluruh tubuh dimana pada saat memompa jantung otot-otot jantung (miokardium) yang bergerak. Selain itu otot jantung juga mempunyai kemampuan untuk menimmbulkan rangsangan listrik. Kedua atrium merupakan ruang dengan dinding otot yang tipis karena rendahnya tekanan yang ditimbulkan oleh atrium. Sebaliknya ventrikel mempunyai dinding otot yang tebal terutama ventrikel kiri yang mempunyai lapisan tiga kali lebih tebal dari ventrikel kanan.
Aktifitas kontraksi jantung untuk memompa darah keseluruh tubuh selalu didahului oleh aktifitas listrik. Aktifitas listrik ini dimulai pada nodus sinoatrial (nodus SA) yang terletak pada celah antara vena cava superior dan atrium kanan. Pada nodus SA mengawali gelombang depolarisasi secara spontan sehingga menyebabkan timbulnya potensial aksi yang disebarkan melalui sel-sel otot atrium, nodus atrioventrikuler (nodus AV), berkas His, serabut Purkinje dan akhirnya ke seluruh otot ventrikel.




jantung
 








Gambar 3 : Kelistrikan Jantung
Oleh karena itu jantung tidak pernah istirahat untuk berkontraksi demi memenuhi kebutuhan tubuh, maka jantung membutuhkan lebih banyak darah dibandingkan dengan organ lain. Aliran darah untuk jantung diperoleh dari arteri koroner kanan dan kiri. Kedua arteri koroner ini keluar dari aorta kira-kira ½ inchi diatas katup aorta dan berjalan dipermukaan pericardium. Lalu bercabang menjadi arteriol dan kapiler ke dalam dinding ventrikel. Sesudah terjadi pertukaran O2 dan CO2 di kapiler , aliran vena dari ventrikel dibawa melalui vena koroner dan langsung masuk ke atrium kanan dimana aliran darah vena dari seluruh tubuh akan bermuara. Sirkulasi darah ditubuh ada 2 yaitu sirkulasi paru dan sirkulasi sistemis. Sirkulasi paru mulai dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis, arteri besar dan kecil, kapiler lalu masuk ke paru, setelah dari paru keluar melalui vena kecil, vena pulmonalis dan akhirnya kembali ke atrium kiri. Sirkulasi ini mempunyai tekanan yang rendah kira-kira 15-20 mmHg pada arteri pulmonalis. Sirkulasi sistemis dimulai dari ventrikel kiri ke aorta lalu arteri besar, arteri kecil, arteriole lalu ke seluruh tubuh lalu ke venule, vena kecil, vena besar, vena cava inferior, vena cava superior akhirnya kembali ke atrium kanan.

B.       Pengertian EKG
Elektrokardiografi adalah ilmu yang mempelajari aktifitas listrik jantung. Sedangkan Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu grafik yang menggambarkan rekaman listrik jantung. Kegiatan listrik jantung dalam tubuh dapat dicatat dan direkam melalui elektroda-elektroda yang dipasang pada permukaan tubuh. Kelainan tata listrik jantung akan menimbulkan kelainan gambar EKG.
EKG hanyalah salah satu alat bantu dalam menegakkan diagnosis penyakit jantung. Gambaran klinis penderita tetap merupakan pegangan yang penting dalam menentukan diagnosis, karena pasien dengan penyakit jantung mungkin mempunyai gambaran EKG yang normal atau sebaliknya individu yang normal mungkin mempunyai gambaran EKG yang abnormal.

C.      Manfaat EKG
EKG mempunyai nilai diagnostik pada keadaan klinis berikut :
1.    Aritmia jantung
2.    Hipertropi atrium dan ventrikel
3.    Iskhemia dan infark myokard
4.    Efek obat-obatan terutama digitalis dan anti-aritmia
5.    Gangguan keseimbangan elektrolit khususnya kalium
6.    Penilaian fungsi pacu jantung.

D.      Elektrofisiologi Sel Otot Jantung
Sel otot jantung dalam keadaan istirahat permukaan luarnya bermuatan positif dan bagian dalamnya bermuatan negatif. Perbedaan potensial melalui membran sel ini kira-kira –90 miliVolt. Ada tiga ion yang mempunyai peran penting dalam elektrofisiologi sel, yaitu kalium, natrium dan kalsium.
Rangsangan listrik dapat secara tiba-tiba menyebabkan masuknya ion natrium dengan cepat dari cairan luar sel ke dalam, sehingga menyebabkan muatan dalam sel menjadi lebih positif dibandingkan muatan luar sel. Proses terjadinya perubahan muatan akibat rangsangan dinamakan Depolarisasi. Setelah depolarisasi terjadi pengembalian muatan ke keadaan semula, proses ini dinamakan Repolarisasi. Seluruh proses tersebut disebut Aksi potensial.
Penyebab-penyebab tersebut di atas akan mengakibatkan perubahan permeabelitas membrane terhadap ion-ion. Aksi potensial dibagi atas 5 fase sesuai dengan elektrofisiologi yang terjadi.
1.      Fase istirahat – fase 4
Pada keadaan istirahat bagian luar sel jantung bermuatan positif dan bagian dalam bermuatan negative. Sel tersebut mengalami POLARISASI. Dalam keadaan polarisasi membrane sel lebih permeable terhadap K+ dari pada Na+ sehingga sebagian kecil K+ merembes keluar sel. Dengan hilangnya K+ maka bagian dalam sel menjadi relatof negatif.
2.      Fase depolarisasi – fase 0
Depolarisasi sel disebabkan oleh meningkatnya permeabelitas membrane terhadap Na+ sehingga Na+ mengalir dari luar ke dalam sel dengan cepat. Akibatnya muatan di dalam sel menjadi positif sedangkan di luar menjadi negatif.
3.      Fase polarisasi parsial – fase 1
Segera setelah terjadi depolarisasi terdapat sedikit perubahan akibat masuknya Cl- ke dalam sel sehingga muatan positif di dalam sel menjadi berkurang.
4.      Fase plato (keadaan stabil) – fase 2
Fase 1 diikuti keadaan stabil yang agak lama sesuai dengan masa refrakter absolute dari miokard. Selama fase ini tidak ada perubahan muatan listrik. Terdapat keseimbangan antara ion positif yang masuk dan keluar. Yang menyebabkan fase plato ini adalah aliran Ca++ dan Na+ ke dalam sel secara perlahan-lahan yang diimbangi keluarnya K+ dari dalam sel.
5.      Fase repolarisasi cepat – fase 3
Pada fase ini muatan Ca+ dan Na+ secara berangsur-angsur tidak mengalir lagi dan permeabelitas terhadap K+ sangat meningkat sehingga K+ keluar dari sel dengan cepat. Akibatnya muatan positif di dalam sel menjadi sangat berkurang sehingga pada akhirnya muatan di dalam sel menjadi relatif negatif dan muatan di luar sel menjadi relatif positif.
E.       Sistem Konduksi Jantung
Di dalam otot jantung terdapat jaringan khusus yang menghantarkan aliran listrik. Jaringan tersebut mempunyai sifat-sifat yang khusus:
1.      Otomatisasi : kemampuan untuk menimbulkan impuls secara spontan
2.      Irama : pembentukan impuls yang teratur
3.      Daya konduksi : kemampuan untuk menyalurkan impuls
4.      Daya rangsang : kemampuan untuk bereaksi terhadap rangsang
Berdasarkan sifat-sifat tersebut di atas, maka secara spontan dan teratur jantung akan menghasilkan impuls-impuls yang disalurkan melalui system hantar untuk merangsang otot jantung dan menimbulkan kontraksi otot. Perjalanan impuls dimulai dari “SA NODE” sampai ke serabut purkinye.
1.      SA Node (Sino-Atrial Node)
Terletak dibatas atrium kanan (RA) dan vena cava superior (VCS). Sel-sel dalam SA Node ini bereaksi secara otomatis dan teratur mengeluarkan impuls (rangsangan listrik) dengan frekuensi 60 – 100 kali permenit kemudian menjalar ke atrium, sehingga menyebabkan seluruh atrium terangsang
2.      AV Node (Atrio-Ventricular Node)
Terletak di septum internodal bagian sebelah kanan, diatas katup trikuspid. Sel-sel dalam AV Node dapat juga mengeluar¬kan impuls dengan frekuensi lebih rendah dan pada SA Node yaitu : 40 – 60 kali permenit. Oleh karena AV Node mengeluarkan impuls lebih rendah, maka dikuasai oleh SA Node yang mempunyai impuls lebih tinggi. Bila SA Node rusak, maka impuls akan dikeluarkan oleh AV Node.
3.      Berkas His
Terletak di septum interventrikular dan bercabang 2, yaitu :
a.       Cabang berkas kiri ( Left Bundle Branch)
b.      Cabang berkas kanan ( Right Bundle Branch )
Setelah melewati kedua cabang ini, impuls akan diteruskan lagi ke cabang-cabang yang lebih kecil yaitu serabut purkinye.
4.      Serabut Purkinye
Serabut purkinye ini akan mengadakan kontak dengan sel-sel ventrikel. Dari sel-sel ventrikel impuls dialirkan ke sel-sel yang terdekat sehingga seluruh sel akan dirangsang. Di ventrikel juga tersebar sel-sel pace maker (impuls) yang secara otomatis mengeluarkan impuls dengan frekuensi 20 – 40 kali permenit.
F.       Pembuatan Gelombang Listrik Jantung
Pada dasarnya untuk merekam aktivitas listrik jantung, kita dapat meletakkan elektroda di mana saja di permukaan tubuh. Kalau kita lakukan seperti itu, kita akan segera tahu bahwa gelombang yang terekam dengan penempatan elektroda positif di lengan kiri tampak sangat berbeda dengan gelombang yang dapat terekam dengan elektroda positif di lengan kanan (atau kaki kanan, kaki kiri, dan sebagainya).
Sebenarnya mudah untuk dimengerti bagaimana hal ini dapat terjadi. Gelombang deepolarisasi yang berjalan ke arah suatu elektroda positif akan menimbulkan defleksi positif pada EKG. Gelombang depolarisasi yang menjauhi elektroda positif akan menimbulkan defleksi negatif.
Gelombang depolarisasi bergerak dari kiri ke kanan, menuju ke arah elektroda. Alat EKG akan merekam defleksi positif,maka garis pada grafik akan naik.Apabila gelombang depolarisasi bergerak dari kanan ke kiri;maka bila elektroda sekarang ditempatkan sedemikian sehingga gelombang depolarisasinya menjauhi elektroda itu, pada gambaran EKG akan terekam defleksi negatif.
Bila elektroda positif tadi ditempatkan pada bagian tengah sel, maka pada awalnya,sewaktu bagian depan gelombang tadi mendekati elektroda, EKG akan merekam defleksi positif. Selanjutnya,tepat pada saat gelombang itu mencapai elektroda, muatan positif dan negatif seimbang dan pada pokoknya saling menghambat satu sama lain, sehingga rekaman EKG nya akan kembali ke garis dasar lagi.Sewaktu gelombang depolarisasinya menyurut, akan tergambar defleksi negatif.
Bila seluruh otot sudah terdepolarisasi, akhirnya rekaman itu sekali lagi akan kembali ke garis dasar.Gambaran akhir sebuah gelombang depolarisasi yang bergerak tegak lurus menuju ke elektroda positif adalah gelombang bisafik.
Pada gambaran EKG, efek repolarisasi sama dengan efek depolarisasi, kecuali bahwa muatannya terbalik. Sebuah gelombang repolarisasi yang bergerak menju ke arah elektroda positif akan menggambarkan defleksi negatif pada EKG. Sedangkan gelombang repolarisasi yang bergerak menjauhi elektroda positif akan menghasilkan defleksi positif pada EKG. Gelombang yang tegak lurus akab menghasilkan gelombang bisafik, namun defleksi negatif gelombang bisafiki itu sekarang berada di depan defleksi positif.

G.      Sandapan EKG
Untuk memperoleh rekaman EKG dipasang elektroda-elektroda di kulit pada tempat-tempat tertentu. Lokasi penempatan elektroda sangat penting diperhatikan, karena penempatan yang salah akan menghasilkan pencatatan yang berbeda. Kata sadapan memiliki 2 arti pada elektrokardiografi: bisa merujuk ke kabel yang menghubungkan sebuah elektrode ke elektrokardiograf, atau (yang lebih umum) ke gabungan elektrode yang membentuk garis khayalan pada badan di mana sinyal listrik diukur. Lalu, istilah benda sadap longgar menggunakan arti lama, sedangkan istilah 12 sadapan EKG menggunakan arti yang baru. Nyatanya, sebuah elektrokardiograf 12 sadapan biasanya hanya menggunakan 10 kabel/elektroda. Definisi terakhir sadapan inilah yang digunakan di sini.
Sebuah elektrokardiogram diperoleh dengan menggunakan potensial listrik antara sejumlah titik tubuh menggunakan penguat instrumentasi biomedis. Sebuah sadapan mencatat sinyal listrik jantung dari gabungan khusus elektrode rekam yang ditempatkan di titik-titik tertentu tubuh pasien.
Saat bergerak ke arah elektrode positif, muka gelombang depolarisasi (atau rerata vektor listrik) menciptakan defleksi positif di EKG di sadapan yang berhubungan.
Saat bergerak dari elektrode positif, muka gelombang depolarisasi menciptakan defleksi negatif pada EKG di sadapan yang berhubungan.
Saat bergerak tegak lurus ke elektrode positif, muka gelombang depolarisasi (atau rerata vektor listrik) menciptakan kompleks equifasik (atau isoelektrik) di EKG, yang akan bernilai positif saat muka gelombang depolarisasi (atau rerata vektor listrik) mendekati (A), dan kemudian menjadi negatif saat melintas dekat (B).
Terdapat 2 jenis sandapan (lead) pada EKG, yaitu :
1.      Sandapan Bipolar,
Merekam perbedaan potensial dari 2 elektroda, yang ditandai dengan angka romawi I, II dan III.
a.       Sandapan I : merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) yang bermuatan negatif (-) dan tangan kiri bermuatan positif (+).
b.      Sandapan II : merekam beda potensial antara tangan kanan (-) dengan kaki kiri (LF) yang bermuatan (+)
c.       Sandapan III : merekam beda potensial antara tangan kiri (LA) yang bermuatan (-) dan kaki kiri (+).
EKG seperti itu membentuk dasar yang kini dikenal sebagai segitiga Einthoven.
2.      Sandapan Unipolar
a.       Sandapan Unipolar Ekstremitas:
1)      aVR : merekam potensial listrik pada tangan kanan (RA) yang bermuatan (+), dan elektroda (-) gabungan tangan kiri dan kaki kiri membentuk elektroda indifiren.
2)      aVL : merekam potensial listrik pada tangan kiri (LA) yang bermuatan (+), dan muatan (-) gabungan tangan kanan dan kaki kiri membentuk elektroda indifiren.
3)      aVF : merekam potensial listrik pada kaki kiri (LF) yang bermuatan (+) dan elektroda (-) dari gabungan tangan kanan dan kaki kiri membentuk elektroda indifiren.

b.      Sadapan Unipolar prekordial:
Sadapan prekordial V1, V2, V3, V4, V5, dan V6 ditempatkan secara langsung di dada. Karena terletak dekat jantung, 6 sadapan itu tak memerlukan augmentasi. Terminal sentral Wilson digunakan untuk elektrode negatif, dan sadapan-sadapan tersebut dianggap unipolar. Sadapan prekordial memandang aktivitas jantung di bidang horizontal. Sumbu kelistrikan jantung di bidang horizontal disebut sebagai sumbu Z.
Sadapan V1, V2, dan V3 disebut sebagai sadapan prekordial kanan sedangkan V4, V5, dan V6 disebut sebagai sadapan prekordial kiri.
Kompleks QRS negatif di sadapan V1 dan positif di sadapan V6. Kompleks QRS harus menunjukkan peralihan bertahap dari negatif ke positif antara sadapan V2 dan V4. Sadapan ekuifasik itu disebut sebagai sadapan transisi. Saat terjadi lebih awal daripada sadapan V3, peralihan ini disebut sebagai peralihan awal. Saat terjadi setelah sadapan V3, peralihan ini disebut sebagai peralihan akhir. Harus ada pertambahan bertahap pada amplitudo gelombang R antara sadapan V1 dan V4. Ini dikenal sebagai progresi gelombang R. Progresi gelombang R yang kecil bukanlah penemuan yang spesifik, karena dapat disebabkan oleh sejumlah abnormalitas konduksi, infark otot jantung, kardiomiopati, dan keadaan patologis lainnya.
1)      Sadapan V1 ditempatkan di ruang intercostal IV di kanan sternum.
2)      Sadapan V2 ditempatkan di ruang intercostal IV di kiri sternum.
3)      Sadapan V3 ditempatkan di antara sadapan V2 dan V4.
4)      Sadapan V4 ditempatkan di ruang intercostal V di linea (sekalipun detak apeks berpindah).
5)      Sadapan V5 ditempatkan secara mendatar dengan V4 di linea axillaris anterior.
6)      Sadapan V6 ditempatkan secara mendatar dengan V4 dan V5 di linea midaxillaris.


ekg





















Gambar 4: sandapan EKG

H.      Kertas EKG
Kertas EKG merupakan kertas grafik yang terdiri dari garis horizontal dan vertikal dengan jarak 1 mm (sering disebut sebagai kotak kecil). Garis yang lebih tebal terdapat pada setiap 5 mm (disebut kotak besar).
Garis hirizontal menggambarkan waktu, dimana 1 mm = 0,04 detik. Sedangkan 5 mm = 0,20 detik. Garis vertikal menggambarkan voltase, dimana 1 mm = 0,1 miliVolt, sedang setiap 10 mm = 1 miliVolt.
Sebuah elektrokardiograf khusus berjalan di atas kertas dengan kecepatan 25 mm/s, meskipun kecepatan yang di atas daripada itu sering digunakan. Setiap kotak kecil kertas EKG berukuran 1 mm². Dengan kecepatan 25 mm/s, 1 kotak kecil kertas EKG sama dengan 0,04 s (40 ms). 5 kotak kecil menyusun 1 kotak besar, yang sama dengan 0,20 s (200 ms). Karena itu, ada 5 kotak besar per menit. 12 sadapan EKG berkualitas diagnostik dikalibrasikan sebesar 10 mm/mV, jadi 1 mm sama dengan 0,1 mV. Sinyal "kalibrasi" harus dimasukkan dalam tiap rekaman. Sinyal standar 1 mV harus menggerakkan jarum 1 cm secara vertikal, yakni 2 kotak besar di kertas EKG.


http://4.bp.blogspot.com/_7zQULPNQ7FQ/Sq6Af_P4ZpI/AAAAAAAAAZQ/-v7peg1fHNc/s400/RR+interval.jpg
 




Gambar 5 : Kertas EKG
I.         Kurva EKG
Menggambarkan proses listrik yang terjadi pada atrium dan ventrikel. Kurva EKG yang normal terdiri dari gelombaang P,Q,R.S dan T serta kadang-kadang gelombang U. selain itu juga ada beberapa interval dan segmen EKG.
http://4.bp.blogspot.com/_7zQULPNQ7FQ/Sq5prSB2ykI/AAAAAAAAAYA/n1s8I5Z86VU/s400/1287_ECG_Definitions3.jpg










http://3.bp.blogspot.com/_7zQULPNQ7FQ/Sq5-WpRkDdI/AAAAAAAAAY4/2_FBCsnfUOk/s400/40221.png










Gambar 6: Kurva EKG

1.      Gelombang P
Merupakan gambaran proses depolarisasi atrium. Positif di sandapan I,II,aVF,V2-V6, terbalik di aVR, mungkin tegak, bifasik atau terbalik (negatif) di III, aVL dan V1. Gelombang P yang normal :
·      Lebar < 0,12 detik
·      Tinggi < 0,3 miliVolt
·      Selalu positif di lead II
·      Selalu negatif di lead Avf
2.      Gelombang QRS
Merupakan gambaran proses depolarisasi ventrikel. Seringkali normal di V1 dan kadang-kadang di V2
Gelombang QRS yang normal :
·      Lebar 0,06-0,12 detik
·      Tinggi tergantung lead (bila lebih dari 0,12 detik harus dicari kemungkinan ada RBBB, LBBB atau ventrikel ekstrasistole).
3.      Gelombang Q
Adalah defleksi negatif pertama pada gelombang QRS. Gelombang q kecil biasanya terlihat di sandapan I,II, aVF, dan V4-V6, durasinya < 0,03 detik dan tinggi/dalam amplitudo tidak lebih dari 25% tinggi gel R. Gelombang Q dalam ukuran bervariasi normal di sandapan aVR.
Sedangkan gelombang Q besar yaitu durasi 0,04 detik atau 25% lebih besar dari gelombang R dapat dilihat di sandapan III sendiri. Q abnormal yang ditemukan di sadapan I atau sadapan prekordial adalah diagnostik. Gelombang Q abnormal disebut gelombang Q patologis
Gelombang Q yang normal :
·      Lebar < 0,04 detik
·      Tinggi / dalam < 1/3 gelombang R
4.      Gelombang R
Adalah defleksi positif pertama pada gelombang QRS. Gelombang R umumnya positif di lead I, II, V5 dan V6. Gelombang r kecil di V1 dan membesar secara progresif  di V2-V4. Atau di lead aVR, V1 dan V2 biasanya hanya kecil atau tidak ada sama sekali.
5.      Gelombang S
Adalah defleksi negatif sesudah gelombang R. Di lead aVR dan V1 gelombang S terlihat dalam, dari V2 ke V6 akan terlihat makin lama makin menghilang atau berkurang dalamnya. Gelombang S mungkin ditemukan di sandapan I, II, dan selalu lebih kecil daripada gelombang R pada masing-masing sandapan.
6.      Gelombang T :
Merupakan gambaran proses repolarisasi ventrikel. Umumnya gelombang T positif di lead I,II, aVF dan V3-V6 dan terbalik di aVR. Gelombang ini mungkin tegak, bifasik atau terbalik di sadapan III, aVL dan V1.
7.      Interval PR
Interval PR diukur dari permukaan gelombang P sampai permulaan gelombang QRS. Nilai normal berkisar antara 0,12-0,20 detik.
Ini merupakan waktu yang dibutuhkan untuk depolarisasi atrium dan jalannya impuls melalui berkas his sampai permulaan depolarisasi ventrikel.
8.      Segmen ST
Diukur dari akhir gelombang S sampai awal gelombang T. segmen ini normalnya isoelektris, tetapi pada lead prekordial dapat bervariasi dari -0,5 sampai + 2 mm. Segmen ST yang naik disebut ST elevasi, dan yang turun disebut ST depresi.

J.        Cara menilai EKG
1.    Tentukan frekuensi (heart rate)
Cara menentukan frekuensi EKG dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu :
a.       300 : Jumlah kotak besar (KB) antara R-R
b.      1500 : Jumlah kotak kecil (KK) antara R-R
c.       Ambil EKG strip sepanjang 6 detik (30 KB), hitung jumlah QRS dan kalikan 10. Atau EKG strip sepanjang 12 detik, hitung jumlah QRS dan kalikan 5.
2.    Tentukan irama jantung (rhythm)
Dalam mentukan irama jantung, urutan yang harus ditentukan adalah sbb:
a.       Tentukan apakah denyut jantung berirama teratur atau tidak
(cara sederhana dengan mengambil penggaris, ukur lebar antar gelombang r, bila sama setiap jaraknya maka irama teratur, bila berbeda maka irama tidak teratur)
b.      Tentukan berapa frekuensi jantung
c.       Tentukan gelombang p normal atau tidak
d.      Tentukan interval pr, normal atau tidak
e.       Tentukan gelombang qrs normal atau tidak
f.       Interpretasi
Irama jantung yang normal impulsnya berasal dari nodus SA, maka iramanya disebut Irama Sinus.
Kriteria Irama sinus adalah sebagai berikut :
·      irama teratur
·      frekuensi jantung (HR) antara 60-100 x / menit
·      gelombang P normal, setiap gelombang P selalu diikuti QRS dan T
·      interval PR normal (0,12-0,20 detik)
·      gelombang QRS normal (0,06-0,12 detik)
·      semua gelombang sama
Irama EKG yang tidak mempunyai kriteria tersebut diatas disebut Disritmia.
3.    Tentukan sumbu jantung






 











Gambar 7: Axis jantung
Ada beberapa cara di bawah ini dalam menentukan aksis jantung, ada juga yang mengatakan kalau aksis jantung juga bisa di tentukan melalui bidang horizontal. menghitung melalui bidang frontal yaitu dengan menggunakan lead I, II, III, aVR, aVF, aVL seperti penjelasan saya sebagai berikut :
1.    Lihat lead I dan aVF ---> kalau kedua lead ini dominan menggambarkan positip defleksi, jangan ragu untuk mengatakan normal aksis karena masih dalam daerah normal aksis.
2.    Kalau menemukan salah satu dari lead I atau aVF negatif, maka gunakan cara ini. Misalkan lead aVF defleksi pasitip 5 mm (5 kotak kecil= 1 kotak besar) dan defleksi negative 10 mm ( 10 kotak kecil) jadi di lead aVF dominasinya defleksi negatif ---> (-10 mm )- (+5 mm) = - 5mm, sedangkan di lead I misalkan defleksi positip 11mm (11 kotak kecil) dan defleksi negatif 2 mm (2 kotak kecil). Jadi di lead I dominasinya defleksi positip ---> (+11mm) - (-2mm) = + 9mm. Anda tinggal hitung 5mm kearah negatif lead aVF, dan 9 mm kearah positip lead I. Setelah itu tentukan titik pertemuan kedua lead tersebut, kemudian hubungkan titik pertemuan itu dengan titik pusat.
3.    Cari lead yang bifasik atau yang mendekati bifasik defleksi (50:50) baik kearah positif maupun ke arah negatif defleksi. Misalkan anda menemukan lead yang bifasik berada di lead aVF, selanjutnya anda cari lead yang tegak lurus dengan lead aVF (yaitu lead I). Perhatikan lead I, ke arah mana defleksinya? (negatif atau positip) bila lead I defleksinya dominan positip, maka aksisnya ke arah positip lead I (yaitu O derajat or normal aksis), bila sebaliknya lead I dominan negatif, maka aksisnya ke arah negatif lead I ( yaitu -180 derajat or RAD).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar